|
|
|
70. Common Cold (Pilek, Selesma) |
71. Influenza |
72. Demam Berdarah Dengue |
73. Herpes Simpleks |
74. Mononukleosis Infeksiosa |
75. Rabies (Anjing Gila) |
76. Leukoensefalopati Multifokal Progresif |
77. Paraparesis Spastik Tropikal |
78. Ensefalitis Arbovirus |
79. Koriomeningitis Limfositik |
80. Herpes Zoster |
81. Demam Hemoragik |
82. Infeksi Hantavirus : Penyakit Virus Karena Tikus |
83. Infeksi Sitomegalovirus |
84. Flu Singapore atau Hand Foot Mouth Disease (HFMD) |
85. Flu Burung |
86. Demam Chikungunya |
87. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) |
88. Lepra (Kusta) |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Common Cold (Pilek, Selesma)
Common Cold (pilek, selesma) adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung, sinus dan saluran udara yang besar.
PENYEBABBerbagai virus yang berbeda menyebabkan terjadinya common cold:
# Picornavirus (contohnya rhinovirus)
# Virus influenza
# Virus sinsisial pernafasan.
Ketiganya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan oleh penderita.
Belum
diketahui apa yang menyebabkan seseorang lebih mudah tertular pilek
pada suatu saat dibandingkan waktu lain. Kedinginan tidak menyebabkan
pilek atau meningkatkan resiko untuk tertular. Kesehatan penderita
secara umum dan kebiasaan makan seseorang juga tampaknya tidak
berpengaruh.
Kelompok yang secara pasti lebih mudah tertular adalah
orang-orang yang : - mempunyai kelainan pada hidung atau tenggorokan
(misalnya pembesaran amandel) - kelelahan atau stres emosional - alergi
di hidung atau tenggorokan - wanita pada pertengahan siklus menstruasi.
GEJALAGejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.
Biasanya gejala awal berupa rasa tidak enak di hidung atau tenggorokan.
Kemudian penderita mulai bersin-bersin, hidung meler dan merasa sakit ringan.
Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa muncul pada saat terjadinya gejala.
Hidung
mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada hari-hari pertama
jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu penderita.
Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan jumlahnya tidak terlalu banyak.
Gejala
biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan
atau tanpa dahak seringkali berlangsung sampai minggu kedua.
KOMPLIKASIKomplikasi bisa memperpanjang terjadinya gejala:
# Infeksi saluran udara (trakea) disertai sesak di dada dan rasa terbakar
# Gangguan pernafasan yang lebih berat terjadi pada penderita bronkitis atau asma yang menetap
# Infeksi bakteri pada telinga, sinus atau saluran udara (infeksi trakeobronkial).
DIAGNOSADiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
PENGOBATANPenderita
diusahakan selalu dalam keadaan hangat dan nyaman, serta diusahakan
agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Jika terdapat demam atau gejala yang berat, maka penderita harus menjalani tirah baring di rumah.
Minum banyak cairan akan membantu mengencerkan sekret hidung sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan/dibuang.
Untuk meringankan nyeri atau demam pada anak-anak maupun dewasa, bisa diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
Pada penderita dengan riwayat alergi, pemberian antihistamin bisa membantu mengeringkan hidung yang meler terus menerus.
Menghirup uap atau kabut dari suatu vaporizer bisa membantu mengencerkan sekret dan mengurangi sesak di dada.
Mencuci rongga hidung dengan larutan garam isotonik bisa membantu mengeluarkan sekret yang kental.
Batuk
merupakan satu-satunya cara untuk membuang sekret dan debris dari
saluran pernafasan. Oleh karena itu sebaiknya batuk tidak perlu diobati,
kecuali jika sangat mengganggu dan menyebabkan penderita susah tidur.
Jika batuknya hebat, bisa diberikan obat anti batuk.
Antibiotik tidak efektif untuk mengobati common cold, antibiotik hanya diberikan jika terjadi suatu infeksi bakteri.
PENCEGAHANAntibodi
yang terbentuk pada saat seseorang terserang pilek akan menurun setelah
beberapa waktu dan virus penyebab pilek jumlahnya sangat banyak, karena
itu orang terus terserang pilek dari waktu ke waktu di sepanjang
hidupnya.
Belum ditemukan vaksin yang efektif untuk setiap jenis virus pernafasan.
Tindakan pencegahan yang paling baik adalah menjaga kebersihan.
Banyak
virus common cold yang ditularkan melalui kontak dengan ludah yang
terinfeksi, karena itu untuk mengurangi penularan sebaiknya sering
mencuci tangan, membuang tisu kotor pada tempatnya serta membersihkan
permukaan barang-barang.
Vitamin C dosis tinggi (2000 mg per
hari) belum terbukti bisa mengurangi resiko tertular atau mengurangi
jumlah virus yang dikeluarkan oleh seorang penderita.
Influenza
Influenza
(flu) adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan demam, hidung meler,
sakit kepala, batuk, tidak enak badan (malaise) dan peradangan pada
selaput lendir hidung dan saluran pernafasan.
PENYEBABVirus influenza tipe A atau B.
Virus
ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita
batuk atau bersin; atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah,
air liur, ingus) penderita.
GEJALAInfluenza berbeda dengan common cold.
Gejalanya timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul secara tiba-tiba.
Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza.
Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai 38,9-39,4?Celsius.
Banyak
penderita yang merasa sakit sehingga harus tinggal di tempat tidur;
mereka merasakan sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di
punggung dan tungkai.
Sakit kepala seringkali bersifat berat, dengan
sakit yang dirasakan di sekeliling dan di belakang mata. Cahaya terang
bisa memperburuk sakit kepala.
Pada awalnya gejala saluran
pernafasan relatif ringan, berupa rasa gatal di tenggorokan, rasa panas
di dada, batuk kering dan hidung berair.
Kemudian batuk akan menghebat dan berdahak.
Kulit teraba hangat dan kemerahan, terutama di daerah wajah.
Mulut dan tenggorokan berwarna kemerahan, mata berair dan bagian putihnya mengalami peradangan ringan.
Kadang-kadang bisa terjadi mual dan muntah, terutama pada anak-anak.
Setelah
2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan demam
biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari.
Bronkitis
dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih, dan diperlukan waktu
6-8 minggu ntuk terjadinya pemulihan total dari perubahan yang terjadi
pada saluran pernafasan.
KOMPLIKASIInfluenza merupakan penyakit serius, tetapi sebagian besar penderita akan kembali sehat dalam waktu 7-10 hari.
Komplikasi
bisa memperberat penyakit ini. Resiko tinggi terjadinya komplikasi
ditemukan pada penderita yang sangat muda, usia lanjut dan penderita
penyakit jantung, paru-paru atau sistem saraf.
Kadang influenza menyebabkan peradangan saluran pernafasan yang berat disertai dahak berdarah (bronkitis hemoragik).
Komplikasi
yang paling berat adalah pneumonia virus; yang bisa berkembang dengan
segera dan menyebabkan kematian dalam waktu 48 jam. Pneumonia virus
kemungkinan akan terjadi selama wabah influenza A.
Komplikasi lainnya
dalah pneumonia bakteri yang terjadi karena adanya ganguan dalam
kemampuan paru-paru untuk melenyapkan atau mengendalikan bakteri di
dalam saluran pernafasan.
Meskipun sangat jarang terjadi, virus
influenza jgua dihubungkan dengan peradangan otak (ensefalitis), jantung
(miokarditis) atau otot (miositis).
Ensefalitis bisa menyebabkan
penderita tampak mengantuk, bingung atau bahkan jatuh dalam keadaan
koma. Miokarditis bisa menyebabkan murmur jantung atau gagal jantung.
Sindroma
Reye merupakan komplikasi serius dan bisa berakibat fatal, yang terjadi
terutama pada anak-anak selama wabah influenza B.
Sindroma Reye terutama terjadi jika anak-anak mendapatkan aspirin atau obat yang mengandung aspirin.
DIAGNOSADiagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Beratnya penyakit dan adanya
demam tinggi membedakan influenza dari common cold.
Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pembiakan virus dari sekret penderita.
PENGOBATANPengobatan
flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum
banyak cairan dan menghindari kelelahan. Tirah baring sebaiknya
dilakukan segera setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh
kembali normal.
Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofenn, aspirin, ibuprofen atau naproksen.
Kepada anak-anak tidak boleh diberikan aspirin karena resiko terjadinya sindroma Reye.
Obat lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.
Jika
segera diberikan pada infeksi influenza A yang belum mengalami
komplikasi, obat rimantadin atau amantadin bisa membantu mengurangi lama
dan beratnya demam serta gejala pernafasan.
Ribavirin (dalam bentuk
obat hirup atau tablet) mampu memperpendek lamanya demam dan
mempengaruhi kemampuan virus untuk berkembangbiak, tetapi pemakaiannya
masih bersifat eksperimental. Ribavirin bisa diberikan untuk meringankan
gejala pneumonia virus.
Infeksi bakteri sekunder diobati dengan antibiotik.
Pneumonia
bakteri karena pneumokokus, bisa dicegah dengan memberikan vaksin yang
mengandung pneumokokus. Tetapi vaksin ini tidak diberikan kepada
seseorang yang telah menderita influenza.
PENCEGAHANSeseorang
yang pernah terkana virus influenza, akan membentuk antibodi yang
melindunginya terhadap infeksi ulang oleh virus tertentu.
Tetapi cara terbaik untuk mencegah terjadinya influenza adalah vaksinasi yang dilakukan setiap tahun.
Vaksin influenza mengandung virus influenza yang tidak aktif (dimatikan) atau partikel-partikel virus.
Suatu vaksin bisa bersifat monovalen (1 spesies) atau polivalen (biasanya 3 spesies).
Suatu
vaksin monovalen bisa diberikan dalam dosis tinggi untuk melawan suatu
jenis virus yang baru, sedangkan suatu vaksin polivalen menambah
pertahanan terhadap lebih dari satu jenis virus.
Amantadin atau rimantadin merupakan 2 obat anti-virus yang bisa melindungi terhadap influenza A saja.
Obat
ini digunakan selama wabah influenza A untuk melindungi orang-orang
yang kontak dengan penderita dan orang yang memiliki resiko tinggi-yang
belum menerima vaksinasi.
Pemakaian obat bisa dihentikan dalam waktu
2-3 minggu setelah menjalani vaksinasi. Jika tidak dapat dilakukan
vaksinasi, maka obat diberikan selama terjadi wabah, biasanya selama 6-8
minggu.
Oba ini bisa menyebabkan gelisah, sulit tidur dan efek
samping lainnya, terutama pada usia lanjut dan pada penderita kelainan
otak atau ginjal.
Demam Berdarah Dengue
Demam dengue adalah
demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan
tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.
Demam
berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang
disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan.
Pada
keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien
jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini
disebut dengue shock syndrome (DSS).
PENYEBABDemam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda antigen.
Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Infeksi
oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur
hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain.
Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami
infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.
Dengue adalah penyakit
daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini
adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari.
Faktor resiko
penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti
umur, status imunitas, dan predisposisi genetis.
GEJALAInfeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai sindroma virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal.
Gejala demam dengue tergantung pada umur penderita.
Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa demam disertai ruam-ruam makulopapular.
Pada
anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan
atau demam tinggi (>39 derajat c) yang tiba-tiba dan berlangsung
selama 2 - 7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri di belakang mata,
nyeri sendi dan otot, mual-muntah dan ruam-ruam.
Bintik-bintik
perdarahan di kulit sering terjadi, kadang kadang disertai bintik-bintik
perdarahan di farings dan konjungtiva.Penderita juga sering mengeluh
nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan dan
nyeri seluruh perut.Kadang-kadang demam mencapai 40 - 41 derajat c dan
terjadi kejang demam pada bayi.
DHF adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa penderitanya, ditandai oleh :
* demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
* manifestasi perdarahan
* hepatomegali/pembesaran hati
* kadang-kadang terjadi syok manifestasi perdarahan pada dhf dimulai
dari tes torniquet positif dan bintik-bintik perdarahan di kulit
(ptechiae). Ptechiae ini bisa terlihat di seluruh anggota gerak, ketiak,
wajah dan gusi. juga bisa terjadi perdarahan hidung, perdarahan gusi,
perdarahan dari saluran cerna dan perdarahan dalam urin.
Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan :
* Derajat I : demam diikuti gejala tidak spesifik. satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah tes torniquet yang positif atau mudah
memar.
* Derajat II : gejala yang ada pada tingkat I ditambah dengan
perdarahan spontan. perdarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat
lain.
* Derajat III : kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi
yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab
dan penderita gelisah.
* Derajat IV : syok berat dengan nadi yang
tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa. fase kritis pada
penyakit ini terjadi pada akhir masa demam.
Setelah demam
selama 2 - 7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda
gangguan sirkulasi darah. penderita berkeringat, gelisah, tangan dan
kakinya dingin, dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi.
Pada kasus yang tidak terlalu berat gejala-gejala ini hampir tidak terlihat, menandakan kebocoran plasma yang ringan.
Bila
kehilangan plasma hebat, akan terjadi syok, syok berat dan kematian
bila tidak segera ditangani. Kondisi yang buruk bisa segera ditangani
dengan diagnosa dini dan pemberian cairan pengganti. Trombositopeni dan
hemokonsentrasi sudah dapat dideteksi sebelum demam turun dan terjadi
syok.
Pada penderita dengan DSS kondisinya dengan segera
memburuk. Ditandai dengan nadi cepat dan lemah, tekanan darah menyempit
sampai kurang dari 20 mmhg atau terjadi hipotensi. Kulit dingin, lembab
dan penderita mula-mula terlihat mengantuk kemudian gelisah.
Bila
tidak segera ditangani penderita akan meninggal dalam 12 - 24 jam.
Dengan pemberian cairan pengganti, kondisi penderita akan segera
membaik.
Pada syok yang berat sekalipun, penderita akan membaik
dalam 2 -3 hari. Tanda-tanda adanya perbaikan adalah jumlah urine yang
cukup dan kembalinya nafsu makan.
Syok yang tidak dapat diatasi
biasanya berhubungan dengan keadaan yang lain seperti asidosis
metabolik, perdarahan hebat di saluran cerna atau organ lain. Perdarahan
yang terjadi di otak akan menyebabkan penderita kejang dan jatuh dalam
keadaan koma.
DIAGNOSAPada awal mulainya demam, dhf sulit dibedakan dari infeksi lain yang disebabkan oleh berbagai jenis virus, bakteri dan parasit.
Setelah hari ketiga atau keempat baru pemeriksaan darah dapat membantu diagnosa.
Diagnosa ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah :
* Trombositopeni, jumlah trombosit kurang dari 100.000 sel/mm3
* Hemokonsentrasi, jumlah hematokrit meningkat paling sedikit 20% di atas rata-rata.
Hasil laboratorium seperti ini biasanya ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-7.
Kadang-kadang dari x-ray dada ditemukan efusi pleura atau hipoalbuminemia yang menunjukkan adanya kebocoran plasma.
Kalau penderita jatuh dalam keadaan syok, maka kasusnya disebut sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS).
PENGOBATANUntuk mengatasi demam sebaiknya diberikan asetaminofen. Salisilat tidak digunakan karena akan memicu perdarahan dan asidosis.
Asetaminofen diberikan selama demam masih mencapai 39 derajat c, paling banyak 6 dosis dalam 24 jam.
Kadang-kadang
diperlukan obat penenang pada anak-anak yang sangat gelisah.
kegelisahan ini bisa terjadi karena dehidrasi atau gangguan fungsi hati.
Haus dan dehidrasi merupakan akibat dari demam tinggi, tidak adanya nafsu makan dan muntah.
Untuk
mengganti cairan yang hilang harus diberikan cairan yang cukup melalui
mulut atau melalui vena. Cairan yang diminum sebaiknya mengandung
elektrolit seperti oralit. cairan yang lain yang bisa juga diberikan
adalah jus buah-buahan.
Penderita harus segera dirawat bila ditemukan gejala-gejala berikut :
* takikardi, denyut jantung meningkat
* kulit pucat dan dingin
* denyut nadi melemah
* terjadi perubahan derajat kesadaran, penderita terlihat ngantuk atau tertidur terus menerus
* urine sangat sedikit
* peningkatan konsentrasi hematokrit secara tiba-tiba
* tekanan darah menyempit sampai kurang dari 20 mmhg
* hipotensi.
pada
tanda-tanda tersebut berarti penderita mengalami dehidrasi yang
signifikan (>10% berat badan normal), sehingga diperlukan penggantian
cairan segera secara intravena.
cairan pengganti yang diberikan
biasanya garam fisiologis, ringer laktat atau ringer asetat, larutan
garam fisiologis dan glukosa 5%, plasma dan plasma substitute.
Pemberian
cairan pengganti harus diawasi selama 24 - 48 jam, dan dihentikan
setelah penderita terrehidrasi, biasanya ditandai dengan jumlah urine
yang cukup, denyut nadi yang kuat dan perbaikan tekanan darah..
Infus juga harus diberikan kalau kadar hematokrit turun sampai 40% .
Bila
pemberian cairan intravena diteruskan setelah tanda-tanda ini dicapai,
akan terjadi overhidrasi, mengakibatkan jumlah cairan berlebih dalam
pembuluh darah, edema paru-paru dan gagal jantung.
Oksigen diberikan pada penderita dalam keadaan syok.
Transfusi darah hanya diberikan pada penderita dengan tanda-tanda perdarahan yang signifikan.
PENCEGAHANPengembangan vaksin untuk dengue sangat sulit karena keempat jenis serotipe virus bisa mengakibatkan penyakit.
Perlindungan terhadap satu atau dua jenis serotipe ternyata meningkatkan resiko terjadinya penyakit yang serius.
Saat ini sedang dicoba dikembangkan vaksin terhadap keempat serotipe sekaligus.
sampai
sekarang satu-satunya usaha pencegahan atau pengendalian dengue dan dhf
adalah dengan memerangi nyamuk yang mengakibatkan penularan.
A.
aegypti berkembang biak terutama di tempat-tempat buatan manusia,
seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat-tempat lain yang
menampung air hujan.
Nyamuk ini menggigit pada siang hari,
beristirahat di dalam rumah dan meletakkan telurnya pada tempat-tempat
air bersih tergenang.
Pencegahan dilakukan dengan langkah 3m :
1. menguras bak air
2. menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk
3. mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air.
Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti abate.
Hal
ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi
pemberiannya harus diulang setiap beberapa waktu tertentu.
Di tempat yang sudah terjangkit dhf dilakukan penyemprotan insektisida secara fogging.
tapi efeknya hanya bersifat sesaat dan sangat tergantung pada jenis insektisida yang dipakai.
di samping itu partikel obat ini tidak dapat masuk ke dalam rumah tempat ditemukannya nyamuk dewasa.
Untuk
perlindungan yang lebih intensif, orang-orang yang tidur di siang hari
sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk di pintu dan
jendela, menggunakan semprotan nyamuk di dalam rumah dan obat-obat
nyamuk yang dioleskan.
Herpes Simpleks
Infeksi Herpes Simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri.
Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir.
Erupsi
ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak
aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada
daerah yang terinfeksi.
Secara periodik, virus ini akan kembali
aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali menyebabkan erupsi kulit
berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya.
Virus
juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang
nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain.
Timbulnya erupsi bisa dipicu oleh:
- pemaparan cahaya matahari
- demam
- stres fisik atau emosional
- penekanan sistem kekebalan
- obat-obatan atau makanan tertentu.
PENYEBABTerdapat 2 jenis virus herpes simpleks yang menginfeksi kulit, yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-1
merupakan penyebab dari luka di bibir (herpes labialis) dan luka di
kornea mata (keratitis herpes simpleks); biasanya ditularkan melalui
kontak dengan sekresi dari atau di sekitar mulut.
HSV-2 biasanya
menyebabkan herpes genitalis dan terutama ditularkan melalui kontak
langsung dengan luka selama melakukan hubungan seksual.
GEJALAHerpes
simpleks yang kambuh ditandai dengan adanya kesemutan, rasa tidak
nyaman atau rasa gatal, yang dirasakan beberapa jam sampai 2-3 hari
sebelum timbulnya lepuhan.
Lepuhan yang dikelilingi oleh daerah
kemerahan dapat muncul di mana saja pada kulit atau selaput lendir,
tetapi paling sering ditemukan di dalam dan di sekitar mulut, bibir dan
alat kelamin.
Lepuhan
(yang bisa saja terasa nyeri) cenderung membentuk kelompok, yang
begabung satu sama lain membentuk sebuah kumpulan yang lebih besar.
Beberapa hari kemudian lepuhan mulai mengering dan membentuk keropeng tipis yang berwarna kekuningan serta ulkus yang dangkal.
Penyembuhan
biasanya dimulai dalam waktu 1-2 minggu kemudian dan biasanya sembuh
total dalam waktu 21 hari. Tetapi penyembuhan di bagian tubuh yang
lembab berjalan lebih lambat.
Jika erupsi tetap berkembang pada
tempat yang sama atau jika terjadi infeksi bakteri sekunder, maka bisa
timbul beberapa jaringan parut.
Infeksi herpes yang pertama pada
bayi atau anak kecil bisa menyebabkan luka yang terasa nyeri dan
perdangan pada mulut dan gusi (ginggivostomatitis) atau peradangan vulva
dan vagina yang terasa nyeri (vulvovaginitis).Keadaan ini menyebabkan
anak menjadi rewel, nafsu makannya menurun dan demam.
Pada bayi dan anak yang lebih besar, infeksi bisa menyebar melalui darah ke organ dalam (termasuk otak).
Seorang
ibu hamil yang menderita infeksi HSV-2 bisa menularkan infeksi kepada
janinnya, terutama jika infeksi terjadi pada usia 6-9 bulan kehamilan.
Virus
herpes simpleks pada janin bisa menyebabkan peradangan ringan selaput
otak (meningitis) atau kadang menyebabkan peradangan otak yang berat
(ensefalitis).
Jika bayi atau dewasa yang menderita eksim atopik
terinfeksi oleh virus herpes simpleks, maka bisa terjadi eksim
herpetikum, yang bisa berakibat fatal. Karena itu penderita eksim atopik
sebaiknya tidak berhubungan dengan penderita infeksi herpes yang aktif.
Pada
penderita AIDS, infeksi herpes di kulit bisa bersifat menetap dan
berat. Peradangan kerongkongan dan usus, ulkus di sekitar anus,
pneumonia atau kelainan saraf juga lebih sering terjadi pada penderita
AIDS.
Abses herpetik (herpetic whitlow) adalah suatu pembengkakan
di ujung jari tangan yang terasa sakit dan berwarna kemerahan, yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks yang masuk melalui luka di kulit.
Abses
herpetik paling sering terjadi pada pegawai rumah sakit yang belum
pernah menderita herpes simpleks dan bersentuhan dengan cairan tubuh
yang mengandung virus herpes simpleks.
DIAGNOSADiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya yang timbul di bagian tubuh tertentu dan khas untuk herpes simpleks.
Untuk
memperkuat diagnosis bisa dilakukan pembiakan virus, pemeriksaan darah
untuk mengetahui adanya peningkatan kadar antibodi serta biopsi.
Pada
stadium yang sangat dini, diagnosis ditegakkan dengan menggunakan
teknik terbaru yaitu reaksi rantai polimerase, yang bisa digunakan untuk
mengenali DNA dari virus herpes simpleks di dalam jaringan atau cairan
tubuh.
PENGOBATANUntuk
sebagian besar penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis
adalah menjaga kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencucinya
dengan sabun dan air.
Lalu daerah tersebut dikeringkan; jika
dibiarkan lembab maka akan memperburuk peradangan, memperlambat
penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi bakteri.
Untuk
mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep
antibiotik (misalnya neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin
hebat atau menyebabkan gejala tambahan, bisa diberikan antibiotik
per-oral atau suntikan .
Krim anti-virus (misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang dioleskan langsung pada lepuhan.
Asiklovir atau vidarabin per-oral bisa digunakan untuk infeksi herpes yang berat dan meluas.
Kadang
asiklovir perlu dikonsumsi setiap hari untuk menekan timbulnya kembali
erupsi kulit, terutama jika mengenai daerah kelamin.
Untuk keratitis herpes simpleks atau herpes genitalis diperlukan pengobatan khusus.
Mononukleosis Infeksiosa
Mononukleosis Infeksiosa
adalah penyakit yang ditandai dengan demam, nyeri tenggorokan dan
pembesaran kelenjar getah bening, yang disebabkan oleh virus
Epstein-Barr, salah satu dari virus herpes.
Setelah
menyususp ke dalam sel-sel di hidung dan tenggorokan, virus ini akan
menyebar ke limfosit B (sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap
pembentukan antibodi).
Infeksi virus Epstein-Barr sering terjadi
dan bisa menyerang anak-anak, remaja dan dewasa. Sekitar 50% anak-anak
Amerika mengalami infeksi ini sebelum usia 5 tahun. Tetapi virus ini
tidak terlalu menular.
Remaja atau dewasa muda biasanya mendapatkan
infeksi ini melalui ciuman atau hubungan intim lainnya dengan orang yang
terinfeksi.
PENYEBABVirus Epstein Barr.
Virus Epstein-Barr dihubungkan dengan limfoma Burkitt, sejenis kanker yang terjadi terutama di Afrika.
Virus
ini juga berperan dalam tumor limfosit B tertentu pada penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penerima organ cangkokan atau
penderita AIDS) dan pada beberapa kanker hidung dan tenggorokan.
GEJALAPada anak-anak dibawah 5 tahun, infeksi tidak menunjukkan gejala.
Pada remaja dan dewasa muda, bisa menimbulkan gejala, bisa juga tidak.
Masa inkubasi (masa antara infeksi dan timbulnya gejala) bisasanya berlangsung selama 30-50 hari.
4 (empat) gejala utamanya adalah:
# Lemah
# Demam
# Nyeri tenggorokan
# Pembengkakan kelenjar getah bening.
Tidak semua penderita mengalami keermpat gejala tersebut.
Biasanya
infeksi dimulai dengan perasaan sakit (tidak enak badan) yang
berlangsung selama beberapa hari sampai 1 minggu.Kemudian timbul demam,
nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening. Biasanya demam
mencapai 39,4 derajat Celsius, pada sore hari atau awal malam hari.
Tenggorokan bisa terasa sangat sakit dan bisa terbentuk bahan seperti nanah di belakang tenggorokan.
Kelenjar getah bening di berbagai tempat bisa membesar, tetapi yang paling sering adalah kelenjar getah bening leher.
Kelemahan biasanya timbul pada minggu ke2-3.
KOMPLIKASIPada lebih dari 50% penderita, terjadi pembesaran limpa. Hati bisa sedikit membesar.
Sakit kuning dan pembengkakan di sekitar mata agak jarang terjadi.
Ruam di kulit jarang ditemukan, tetapi pada suatu penelitian, penderita yang mendapatkan ampisilin akan membentuk ruam.
Komplikasi
lainnya adalah peradangan otak (ensefalitis), kejang, kelainan saraf,
peradangan selaput otak (meningitis) dan kelainan tingkah laku.
Limpa bisa terluka dan pecah. Jika hal ini terjadi perlu dilakukan pembedahan darurat untuk mengangkat limpa.
Walalupun
jarang, kelenjar getah bening leher yang membesar bisa menekan saluran
pernafasan. Bisa terjadi penyumbatan paru-paru, tetapi sering tanpa
gejala.
DIAGNOSADiagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Tetapi gejala mononukleosis
infeksiosa tidak khas, dan bisa menyerupai penyakit infeksi lainnya.
Pemeriksaan darah bisa memperkuat diagnosis, yaitu ditemukannya antibodi terhadap virus Epstein-Barr.
Tubuh
juga biasanya menghasilkan limfosit B baru untuk menggantikan limfosit
yang terinfeksi. Limfosit ini memiliki bentuk yang khas yang bisa
dilihat melalui mikroskop.
PENGOBATANDisarankan untuk beristirahat sampai demam, nyeri tenggorokan dan perasaan sakit hilang.
Karena
ada resiko pecahnya limpa, penderita tidak boleh mengangkat beban berat
dan berolah raga selama 6-8 minggu, meskipun tidak ditemukan pembesaran
limpa.
Untuk demam dan nyeri, diberikan sindrome Reye, yang bisa berakibat fatal.
Beberapa komplikasi, seperti pembengkakan saluran pernafasan, bisa diobati dengan kortikosteroid.
Meskipun asiklovir bisa mengurangi jumlah virus Epstein-Barr, tetapi efeknya terhadap gejala sangat kecil.
Kebanyakan penderita akan sembuh sempurna. Lamanya penyakit bervariasi.
Fase
akut berlangsung selama 2 minggu, setelahnya penderita bisa melakukan
aktivitas sehari-hari. Tetapi kelemahan bisa menetap sampai beberapa
minggu, bahkan lebih.
Walaupun jarang (kurang dari 1%), penyakit ini bisa berakhir dengan kematian.
Kematian biasanya merupakan akibat dari komplikasi, seperti peradangan otak, pecahnya limpa atau penyumbatan saluran pernafasan.
Rabies (Anjing Gila)
Rabies adalah suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan peradangan otak dan medulla spinalis.
PENYEBABVirus rabies.
Virus
rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini
memularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan
kadang melalui jilatan.
Virus akan berpindah dari tempatnya masuk
melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, dimana mereka
berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf
menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Banyak hewan
yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi
sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi
sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah.
Rabies
pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika dan Asia,
karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit
ini.
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak.
Pada
rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian
menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi
kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.
Meskipun sangat-sangat
jarang, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar.
Telah dilaporkan 2 kasus yang terjadi pada penjelajah yang menghirup
udara di dalam goa dimana banyak terdapat kelelawar.
GEJALAGejala
biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi
masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun.
Masa
inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala
atau tempat yang tertutup celana pendek atau bila gigitan terdapat di
banyak tempat.
Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan
kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi
penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi
mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat
menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan
air liur.
Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa terasa
sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak
yang mengatur proses menelan dan pernafasan.
Angin sepoi-sepoi dan
mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu
penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit
ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
DIAGNOSAJika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi.
Immunofluoresensi
(tes antibodi fluoresensi) yang dilakukan terhadap hewan tersebut bisa
menunjukkan bahwa hewan tersebut menderita rabies.
Biopsi kulit, dimana kulit leher diambil untuk diiperiksa dibawah mikroskop, biasanya dapat menunjukkan adanya virus.
PENGOBATANJika
segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang
digigit hewan yang menderita rabies jarang akan menderita rabies.
Orang
yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing, tikus) tidak
memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang
terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun,
rubah dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena
hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin.
Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun.
Jika
luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah mendapatkan
imunisasi dengan vaksin rabies diberkan suntikan immunoglobulin rabies,
dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.
Jika
belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies
diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14 dan
28.
Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat
ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang
mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
Jika penderita
pernah mendapatkan vaksinasi, maka resiko menderita rabies akan
berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2
dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari.
Kebanyakan
penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang,
kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies pernah
diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang ada yang selamat.
Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap
gejala-gejala pada paru-paru, jantung dan otak.
Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
PENCEGAHANLangkah-langkah
untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terpapar virus atau segera
setelah terpapar. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada
orang-orang yang beresiko tinggi terhadap pemaparan virus, yaitu :
- dokter hewan
- petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
- orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah dimana rabies pada anjing banyak ditemukan
- para penjelajah gua kelelawar.
Vaksinasi
memberikan perlundungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan
menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap pemaparan
selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
Leukoensefalopati Multifokal Progresif
Leukoensefalopati Multifokal Progresif merupakan
manifestasi yang jarang dari infeksi poliomavirus di otak yang sering
berkembang dengan cepat pada saat menimbulkan gejala.
Penyakit ini menyerang otak dan medulla spinalis.
Sering terjadi pada penderita kelainan fungsi limfosit T (gangguan kekebalan), seperti pada leukemia, limfoma atau AIDS.
Laki-laki lebih sering terkena.
PENYEBABVirus JC (merupakan suatu virus polioma).
GEJALABanyak orang yang terinfeksi virus JC tidak menimbulkan gejala.
Seperti
halnya virus herpes, virus JC akan tampaknya berada dalam keadaan tidak
aktif sampai terjadi sesuatu yang kembali mengaktifkannya (misalnya
gangguan sistem kekebalan).
Karena itu penyakit ini biasanya muncul bertahun-tahun setelah infeksi awal.
Gejala bisa dimulai secara tiba-tiba atau bertahap.
Sekali dimulai, gejala biasanya memburuk dengan cepat dan bervariasi tergantung bagian otak mana yang terkena.
Sering terjadi kelumpuhan pada setengah badan.
Sakit kepala dan kejang jarang terjadi.
Penurunan kemampuan intelektual (demensia, pikun) ditemukan pada hampir 2/3 penderita.
Bisa juga terjadi kesulitan dalam berbicara dan kebutaan parsial.
Kematian sering terjadi dalam 1-6 bulan setelah gejala dimulai, tetapi beberapa penderita bertahan hidup.
DIAGNOSADiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya yang memburuk secara progresif.
Untuk membantu menegakkan diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI.
Tetapi
diagnosis pasti sering tidak dapat dibuat, sampai penderita tersebut
meninggal dan dilakukan pemeriksaan terhadap jaringan otaknya.
PENGOBATANTidak ada pengobatan untuk penyakit ini.
Pada
penderita yang bertahan hidup, para peneliti menduga bahwa fungsi
sistem kekebalan tertentu telah berperan dalam menghentikan infeksi atau
pengrusakan jaringan otak.
Paraparesis Spastik Tropikal
Paraparesis Spastik Tropikal adalah suatu infeksi virus pada medulla spinalis yang berkembang secara perlahan dan menyebabkan kelemahan pada tungkai.
Penyakit ini bisa ditularkan melalui hubungan seksual atau lewat jarum yang terkontaminasi.
Juga bisa ditularkan dari ibu kepada bayinya melalui plasenta atau melalui ASI.
PENYEBAB
Virus limfotropik sel T manusia tipe I (Human T-cell Lymphotropic Virus Type 1, HTLV-1).
Virus ini merupakan retrovirus, juga bisa menyebabkan sejenis leukemia.
GEJALA
Gejala-gejalanya bisa baru muncul beberapa tahun setelah infeksi awal.
Sebagai reaksi terhadap infeksi HTLV-1, sistem kekebalan bisa melukai jaringan saraf sehingga timbul gejala-gejala.
Kekakuan dan kelemahan otot pada kedua tungkai timbul secara bertahap dan memburuk secara perlahan.
Bisa terjadi beberapa rasa pada tungkai.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
PENGOBATAN
Meskipun
tidak ada pengobatan khusus, perbaikan yang berarti telah terjadi pada
penderita yang mendapatkan kortikosteroid, yang bisa menekan respon
kekebalan.
Plasmaferesis juga menunjukkan perbaikan sementara.
Ensefalitis Arbovirus
Ensefalitis Arbovirus adalah infeksi otak yang berat yang disebabkan oleh salah satu dari beberapa jenis virus.
Infeksi ensefalitis virus yang paling sering terjadi di Amerika dan ditularkan melalui gigitan serangga adalah :
- Ensefalitis Ekuin Barat
- Ensefalitis Ekuin Timur
- Ensefalitis Santa Louis
- Ensefalitis Kalifornia.
Ensefalitis
Ekuin Barat terjadi di seluruh Amerika dan menyerang semua umur, tetapi
terutama menyerang anak usia dibawah 1 tahun.
Ensefalitis Ekuin
Timur terjadi terutama di Amerika bagian timur, terutama menyerang
anak-anak yang sangat muda dan diatas usia 55 tahun, dan lebih fatal.
Kedua
jenis ensefalitis tersebut, cenderung lebih berat pada anak dibawah 1
tahun, menyebabkan kerusakan saraf atau otak yang menetap.
Wabah
ensefalitis Santa Louis pernah terjadi di seluruh Amerika, terutama di
Teksas dan beberapa negara bagian barat-tengah. Resiko kematian terbesar
ditemukan pada orang yang lebih tua.
Virus kelompok Kalifornia terdiri dari :
- virus Kalifornia (banyak ditemukan di AS barat)
- virus La Crosse (di AS barat-tengah)
- virus Jamestown Canyon (di New York).
Ketiga virus ini terutama menyerang anak-anak.
INFEKSI ARBOVIRUS LAINNYA
Di
bagian dunia yang lain, arbovirus yang berbeda tetapi masih
berhubungan, menyebabkan ensefalitis yang ditularkan secara periodik
dari alam kepada manusia.
Penyakit-penyakit tersebut adalah :
# Ensefalitis Ekuin Venezuela
# Ensefalitis Jepang
# Ensefalitis Musim Panas-Musim Semi Rusia dan
# Ensefalitis lainnya yang dinamai sesuai daerah geografis dimana mereka terjadi.
Satu dari infeksi arbovirus penting yang paling dikenal dan bersejarah adalah demam kuning (yellow fever).
Demam
kuning adalah penyakit virus yang disebarkan oleh nyamuk, menyebabkan
demam, perdarahan dan sakit kuning. Bisa berakibat fatal.
Penyakit ini banyak ditemukan di Afrika Tengah dan Amerika Tengah dan Selatan.
Demam dengue merupakan infeksi arbovirus yang terjadi di seluruh dunia, baik di daerah tropik maupun subtropik.
Infeksi ini disebarkan oleh nyamuk, menyebabkan demam, pembesaran kelenjar getah bening dan perdarahan.
Bisa terjadi nyeri otot dan persendian yang hebat dan kadang-kadang disebut demam tulang-retak (breakbone fever).
Bisa
berakibat fatal. Lebih sering menyerang anak dibawah usia 10 tahun, dan
infeksi berulang dengan jenis virus yang berbeda bisa terjadi pada
tahun berikutnya.
PENYEBAB
Virus penyebab ensefalitis disebarkan oleh nyamuk jenis tertentu yang ditemukan di daerah geografis tertentu.
Penyakit
ini merupakan endemis (terus menerus ada), tetapi wabah terjadi secara
periodik bila jumlah binatang yang terinfeksi bertambah.
Pada manusia terjadi secara kebetulan.
GEJALA
Gejala pertama biasanya berupa sakit kepala, perasaan mengantuk dan demam.
Muntah-muntah dan kaku leher agak jarang ditemukan.
Kedutan otot, bingung, kejang dan koma bisa terjadi dengan cepat.
Kadang-kadang lengan dan kaki menjadi lumpuh.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pungsi
lumbal dan pemeriksa cairan serebrospinal menunjukkan cairan yang
jernih, tekanannya tinggi, banyak mengandung sel darah putih dan
protein, kadar gulanya normal.
Untuk memperkuat diagnosis diambil contoh cairan serebrospinal atau contoh darah untuk dibiakkan di laboratorium.
Kadang dilakukan pemeriksaan reaksi rantai polimerase untuk menentukan virus penyebabnya.
Pemeriksaan serologi dilakukan untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah virus.
Hasil pemeriksaan EEG adalah abnormal.
Pemeriksaan CT scan dan MRI kepala dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan atau pembengkakan otak.
PENGOBATAN
Untuk mengatasi atau mencegah kejang diberikan obat anti-kejang (misalnya fenitoin).
Kortikosteroid (misalnya prednison) digunakan untuk mengurangi pembengkakan otak dan peradangan.
Jika penderita tampak gelisah, maka diberikan obat penenang.
Untuk demam dan sakit kepala diberikan obat penurun panas dan pereda nyeri.
Koriomeningitis Limfositik
Koriomeningitis Limfositik adalah penyakit arenavirus yang biasanya menyebabkan penyakit yang menyerupai influenza.
PENYEBABArenavirus.
Virus ini biasa ditemukan pada binatang mengerat, terutama tikus
rumah abu-abu dan sejenis tupai. Binatang ini biasanya terinfeksi virus
selama hidupnya dan akan mengeluarkan virus dalam air kemih, tinja,
semen dan sekret dari hidungnya.
Infeksi pada manusia biasanya terjadi karena pemaparan dari debu atau makanan yang terkontaminasi.
Penyakit ini biasanya timbul pada musim dingin dimana tikus liar bersembunyi di dalam rumah.
GEJALASakit yang menyerupai influenza terjadi dalam 1-3 minggu setelah terinfeksi.
Demam bisa mencapai 38,3-41,3?Celsius, bisa disertai menggigil.
Gejala
lainnya adalah perasaan tidak enak badan, mual, lemah, nyeri otot,
sakit kepala di belakang mata yang bertambah bila melihat cahaya terang
dan nafsu makan yang menurun.
Bisa terjadi nyeri tenggorokan, nyeri persendian dan muntah-muntah.
Penyakit ini juga meliputi pembengkakan sendi jari-jari tangan dan peradangan buah zakar.
Bisa terjadi kerontokan rambut kepala.
Penyakit ini sering terjadi dalam 2 (dua) fase:
# Peradangan selaput otak (meningitis) yang terjadi dalam 1-2 minggu setelah sakit yang menyerupai influenza.
Penderita meningitis mengalami sakit kepala dan kaku leher.
Mereka biasanya sembuh total.
# Peradangan otak (ensefalitis), dimana timbul sakit kepala dan perasaan mengantuk.
Bisa juga terjadai kerusakan saraf menetap, walaupun jarang.
DIAGNOSASelama
minggu pertama, gejala-gejala yang timbul mirip dengan influenza atau
infeksi virus lainnya, sehingga biasanya belum dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan beberapa peradangan paru-paru.
Pemeriksaan darah menunjukkan penurunan jumlah sel darah putih dan faktor pembekuan.
Bila
gejalanya mengarah ke meningitis, dilakukan pemeriksaan terhadap cairan
serebrospinal. Biasanya cairan serebrospinal akan mengandung banyak sel
darah putih, terutama limfosit.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya virus dalam cairan serebrospinal atau kenaikan kadar antibodi di dalam darah.
PENGOBATANTidak ada pengobatan yang khusus.
Biasanya diberikan obat-obatan yang akan membantu meringankan gejala-gejala sampai infeksi sembuh.
Herpes Zoster
Herpes Zoster (Shingles) adalah suatu infeksi yang menyebabkan erupsi kulit yang terasa sangat nyeri berupa lepuhan yang berisi cairan.
Herpes zoster bisa terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering terjadi pada usia diatas 50 tahun.
PENYEBABPenyebab herpes zoster adalah virus varicella-zoster, virus yang juga menyebabkan cacar air.
Infeksi
awal oleh virus varicella-zoster (yang bisa berupa cacar air) berakhir
dengan masuknya virus ke dalam ganglia (badan saraf) pada saraf spinalis
maupun saraf kranialis dan virus menetap disana dalam keadaan tidak
aktif.
Herpes zoster selalu terbatas pada penyebaran akar saraf yang terlibat di kulit (dermatom).
Virus herpes zoster bisa tidak pernah menimbulkan gejala lagi atau bisa kembali aktif beberapa tahun kemudian.
Herpes
zoster tejadi jika virus kembali aktif. Kadang pengaktivan kembali
virus ini terjadi jika terdapat gangguan pada sistem kekebalan akibat
suatu penyakit (misalnya karena AIDS atau penyakit Hodgkin) atau
obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan.
Yang sering terjadi adalah penyebab dari pengaktivan kembali virus ini tidak diketahui.
GEJALA3-4 hari sebelum timbulnya herpes zoster, penderita merasa tidak enak badan, menggigil, demam, mual, diare atau sulit berkemih.
Penderita lainnya hanya merasakan nyeri, kesemutan atau gatal di kulit yang terkena.
Muncul sekumpulan lepuhan kecil berisi cairan dikelilingi oleh daerah kemerahan.
Lepuhan ini hanya terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena.
Lepuhan paling sering muncul di batang tubuh dan biasanya hanya mengenai satu sisi (kanan saja atau kiri saja).
Daerah
yang terkena biasanya peka terhadap berbagai rangsangan (termasuk
sentuhan yang sangat ringan) dan bisa terasa sangat nyeri.
Lepuhan mulai mengering dan membentuk keropeng pada hari kelima setelah mereka muncul.
Lepuhan mengandung virus herpes zoster, yang jika ditularkan bisa menyebabkan cacar air.
Lepuhan
yang lua atau menetap lebih dari 2 minggu biasanya menunjukkan bahwa
sistem kekebalan penderita tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Suatu
serangan herpes zoster biasanya memberikan kekebalan yang cukup lama
sebelum terjadi serangan berikutnya; kurang dari 4% penderita yang
mengalami serangan kedua.
Sebagian besar penderita mengalami
penyembuhan tanpa meninggalkan gejala sisa. Tetapi bisa terbentuk
jaringan parut yang luas meskipun tidak terjadi infeksi bakteri
sekunder.
Jika mengenai saraf wajah yang menuju ke mata bisa menimbulkan masalah yang cukup serius.
Neuralgia pasca-herpetikNeuralgia pasca-herpetik adanya nyeri di daerh kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena.
Nyeri ini bisa menetap selama beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya suatu episode herpes zoster.
Nyeri
bisa dirasakan terus menerus atau hilang-timbul dan bisa semakin
memburuk pada malam hari atau jika terkena panas maupun dingin.
Nyeri
paling sering dirasakan pada penderita usia lanjut; 25-50% penderita
yang berusia diatas 50% mengalami neuralgia pasca-herpetik.
Tetapi hanya 10% dari seluruh penderita yang mengalami neuralgia pasca-herpetik.
Pada
sebagian besar kasus, nyeri akan menghilang dalam waktu 1-3 bulan;
tetapi pada 10-20% kasus, nyeri menetap selama lebih dari 1 tahun dan
jarang berlangsung sampai lebih dari 10 tahun.
Pada sebagian besar kasus, nyeri bersifat ringan dan tidak memerlukan pengobatan khusus.
DIAGNOSADiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya yang mengikuti pola dermatom pada satu sisi tubuh.
PENGOBATANObat
anti-virus bisa diberikan untuk memperpendek lamanya erupsi kulit,
terutama pada penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
Sangat penting untuk menjaga kebersihan kulit agar tidak terjadi infeksi bakteri sekunder.
Aspirin
atau kodein bisa meringankan nyeri untuk sementara waktu dan bisa
diberikan jika rasa nyeri menyebabkan penderita tidak dapat tidur atau
melakukan aktivitas.
Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye.
Demam Hemoragik
Di beberapa bagian dunia, infeksi yang secara khusus ditemukan pada binatang, bisa mengenai manusia.
Infeksi ini berhubungan dengan tempat hidup dan vektor virus untuk penyebarannya.
Beberapa
virus menyebabkan infeksi hebat yang berakibat fatal, ditandai dengan
demam hemoragik, perdarahan yang meluas dan kegagalan berbagai organ.
Yang termasuk ke dalam infeksi ini adalah demam hemoragik Bolivia & Argentina serta demam Lassa.
Demam
Lassa merupakan infeksi arenavirus yang ditularkan dari binatang
pengerat kepada manusia atau dari manusia ke manusia, yang menyebabkan
demam, muntah-muntah dan perdarahan.Kasus ini sangat fatal dan penderita
harus diisolasi secara ketat.
Penyakit ini terutama terjadi di Afrika Barat.
VIRUS EBOLA & VIRUS MARBURGVirus
Ebola dan Virus Marburg merupakan dua jenis virus di Afrika yang
termasuk ke dalam kelompok filovirus.Kedua virus tersebut menyebabkan
demam hemoragik yang hebat pada manusia.
Virus Ebola mungkin berasal dari monyet. Sering ditularkan kepada manusia melalui darah atau jaringan tubuh yang terinfeksi.
Virus Ebola
Infeksi akan menyebabkan demam, diare, perdarahan dan penurunan kesadaran.
Sering berakibat fatal, tetapi spesies virus yang tidak mematikan juga ada, yaitu di Afrika Timur, Selatan dan Tengah.
Demam Hemoragik Ebola
Virus Marburg didapat dari pemaparan terhadap jaringan primata terinfeksi.
Virus ini sangat infeksius, menyebabkan penyakit berat pada beberapa organ.
Kematian hampir selalu tidak dapat dihindarkan.
Sumber virus ini tampaknya hanya berada di Afrika Tengah.
Infeksi Hantavirus : Penyakit Virus Karena Tikus
Infeksi Hantavirus
adalah suatu penyakit virus yang ditularkan dari hewan pengerat kepada
manusia dan menyebabkan infeksi paru-paru dan ginjal yang berat.
PENYEBAB
Hantavirus.
Hantavirus merupakan bunyavirus yang mempunyai hubungan jauh dengan kelompok Kalifornia dari virus ensefalitis.
Hantavirus
bisa ditemukan di seluruh dunia, dalam air kemih, tinja dan air ludah
dari beberapa binatang pengerat, termasuk mencit dan tikus ladang dan
tikus laboratorium.
Manusia mendapatkan infeksi ini bila berhubungan
dengan hewan pengerat atau kotorannya, atau bila menghisap partikel
virus dalam udara.
Belum ditemukan bukti mengenai penularan dari orang ke orang.
GEJALA
Infeksi paru-paru dimulai dengan demam dan nyeri otot. Juga terjadi nyeri perut, diare atau muntah-muntah.
Setelah 4-5 hari, timbul batuk dan sesak nafas, yang bisa memburuk dalam beberapa jam.
Hilangnya
cairan ke dalam paru-paru bisa menyebabkan penurunan tekanan darah yang
drastis (syok). Kematian biasanya terjadi setelah syok.
Infeksi paru-paru ini berakibat fatal, tetapi mereka yang bertahan hidup bisa sembuh sempurna.
Infeksi ginjal bisa ringan maupun berat.
Infeksi
ringan dimulai secara tiba-tiba dengan demam tinggi, sakit kepala,
sakit punggung dan nyeri perut. Pada hari ke3 atau ke4, muncul bercak
kecil seperti memar di bagian putih mata dan di langit-langit mulut
bersamaan dengan munculnya kemerahan di perut.
Fungsi ginjal
memburuk, sehingga bahan-bahan beracun terkumpul dalam darah,
menyebabkan mual, kehilangan nafsu makan dan kelemahan. Kemerahan akan
menghilang dalam 3 hari. Pengeluaran air kemih berangsur-angsur kembali
normal dan penderita akan sembuh dalam beberapa minggu.
Infeksi ginjal yang berat permulaannya hampir sama, tetapi demam yang paling tinggi terjadi pada hari ke3 atau ke4.
Gejala
awal yang khas adalah kulit wajah yang kemerahan, seperti terbakar
sinar matahari. Bila kulit ditekan, akan timbul tanda merah yang
menetap.
Bintik-bintik perdarahan (peteki) muncul pada hari ke3-ke5,
awalnya di langit-langit mulut, lalu di seluruh kulit yang bisa ditekan.
Timbul perdarahan dibawah bagian putih mata.
Pada hari ke5, tekanan darah bisa menurun tajam dan bisa terjadi syok.
Pada hari ke8, tekanan darah kembali normal, tetapi pengeluaran air kemih berkurang.
Pengeluaran air kemih kembali meningkat pada hari ke11. Pada saat ini, perdarahan, terutama di otak, bisa menyebabkan kematian.
Infeksi hantavirus berakibat fatal pada 5% penderita. Beberapa yang bertahan hidup, menderita kerusakan ginjal yang menetap.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
PENGOBATAN
Pemberian obat anti-virus ribavirinx akan efektif jika diberikan secara dini.
Untuk infeksi paru-paru, pemberian oksigen dan pengawasan tekanan darah sangat membantu proses penyembuhan.
Untuk infeksi ginjal, mungkin perlu dilakukan dialisa.
Infeksi Sitomegalovirus
Infeksi Sitomegalovirus adalah infeksi virus yang bisa didapat sebelum lahir atau setelah lahir.
PENYEBAB
Sitomegalovirus.
Virus
ini terdapat dimana-mana. Orang yang terinfeksi aktif, akan
mengeluarkan virus dalam air kemih atau air ludahnya selama
berbulan-bulan. Virus juga dikeluarkan bersama lendir leher, air mani,
tinja dan ASI.
Anak-anak dalam satu sekolah atau di tempat perawatan,
sering satu sama lain saling menularkan virus ini. Virus ini juga
ditularkan diantara laki-laki homoseksual.
Infeksi
sitomegalovirus bisa terjadi pada orang yang menerima darah terinfeksi
atau jaringan cangkokan yang terinfeksi, misalnya ginjal.
Bila sitomegalovirus masuk ke dalam tubuh, bisa menimbulkan atau bisa juga tidak menimbulkan penyakit aktif.
Di dalam tubuh, virus bisa tertidur selama beberapa tahun dan bisa menjadi aktif dan menyebabkan penyakit kapan saja.
Sekitar 60-90% orang dewasa mengalami infeksi sitomegalovirus, meskipun tanpa gejala.
Infeksi
serius biasanya terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan,
misalnya penerima cangkok sumsum tulang atau penderita AIDS.
GEJALA
Infeksi sitomegalovirus sebelum lahir, bisa menyebabkan keguguran, lahir mati atau kematian pada bayi baru lahir.
Kematian disebabkan oleh perdarahan, anemia maupun kerusakan hati atau otak yang berat.
Kebanyakan
orang yang mendapatkan infeksi setelah lahir dan menyimpan virus dalam
tubuhnya, tidak menunjukkan gejala. Tetapi orang sehat yang terinfeksi
bisa merasa sangat sakit dan mengalami demam.
Jika seseorang
menerima darah yang terinfeksi sitomegalovirus, gejala-gejalanya bisa
dimulai dalam waktu 2-4 minggu kemudian.Gejalanya berupa demam selama
2-3 minggu dan kadang-kadang peradangan hati (hepatitis), mungkin
disertai sakit kuning. Jumlah limfosit bisa meningkat. Kadang-kadang
timbul ruam-ruam.
Penderita gangguan sistem kekebalan yang
terinfeksi virus ini, sering mengalami infeksi yang berat, bahkan
beberapa diantaranya menjadi sangat sakit dan meninggal.
Pada
penderita AIDS, sitomegalovirus sering mengenai retina mata dan
menyebabkan kebutaan. Infeksi pada otak (ensefalitis) atau borok pada
usus atau kerongkongan juga bisa terjadi.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala-gejala pada penderita gangguan sistem kekebalan.
Dilakukan pemeriksaan terhadap air kemih dan cairan tubuh atau jaringan tubuh lainnya, untuk menemukan virus ini.
Karena
virus bisa tetap berada dalam cairan tubuh selama berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun setelah infeksi teratasi, ditemukannya virus tidak
menunjukkan suatu infeksi yang aktif.
Adanya kadar antibodi terhadap virus yang meningkat, merupakan bukti kuat bahwa virus inilah penyebab infeksinya.
Bila infeksi mengenai mata (retinitis), dokter akan dapat menemukan kelainan pada pemeriksaan dengan oftalmoskop.
Pada bayi baru lahir, diagnosis ditegakkan melalui pembiakan air kemih yang dikumpulkan dalam 3 minggu pertama kehidupannya.
PENGOBATAN
Infeksi sitomegalovirus yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan, dan akan sembuh dengan sendirinya.
Jika
infeksi mengancam kehidupan atau penglihatan penderita, bisa diberikan
obat anti-virus gansiklovir atau foskarnet. Meskipun obat-obat ini
memiliki efek samping yang serius dan tidak menyembuhkan infeksi, tetapi
pengobatan yang diberikan sering memperlambat perkembangan penyakit.
Flu Singapore atau Hand Foot Mouth Disease (HFMD)
"Flu
Singapore" sebenarnya adalah penyakit yang di dunia kedokteran dikenal
sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia
Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM).
Penyakit ini
sesungguhnya sudah lama ada di dunia. Berdasar laporan yang ada,
kejadian luar biasa penyakit ini sudah ada di tahun 1957 di Toronto,
Kanada. Sejak itu terdapat banyak kejadian di seluruh dunia. Di
Indonesia sendiri sebenarnya penyakit ini bukan penyakit baru.
Istilah
?Flu Singapore? muncul karena saat itu terjadi ledakan kasus dan
kematian akibat penyakit ini di Singapura. Karena gejalanya mirip flu,
dan saat itu terjadi di Singapura (dan kemudian juga terjadi di
Indonesia), banyak media cetak yang membuat istilah ?flu Singapore?,
walaupun ini bukan terminologi yang baku.
PENYEBABPTKM
ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk
dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus (
non Polio ). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus,
Apthovirus. Di dalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus,
Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus.
Penyebab PTKM yang
paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan
yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada
komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus
dapat menyebabkan berbagai penyakit.
EPIDEMIOLOGI:Penyakit
ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. PTKM adalah
penyakit yang kerap terjadi pada kelompok masyarakat yang padat dan
menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10
tahun ). Orang dewasa umumnya lebih kebal terhadap enterovirus, walau
bisa juga terkena.
Penularannya melalui jalur fekal-pral
(pencernaan) dan saluran pernapasan, yaitu dari droplet (butiran ludah),
pilek, air liur, tinja, cairan vesikel (kelainan kulit berupa gelembung
kecil berisi cairan) atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung
melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang
terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa
("carrier") seperti lalat dan kecoa.
Penyakit ini memberi imunitas spesifik, namun anak dapat terkena PTKM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya.
Masa Inkubasi 2 - 5 hari.
GEJALA
Mula-mula
demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (faringitis), tidak
ada nafsu makan, pilek, gejala seperti ?flu? pada umumnya yang tak
mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut
seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri
sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul
rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata),
papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang
rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini umumnya akan membaik
sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di rumah sakit. Gejala yang cukup berat tersebut antara lain :
-
Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 C. - Demam
tidak turun-turun - Takikardia (nadi menjadi cepat) - Takipneu, yaitu
napas jadi cepat dan sesak - Malas makan, muntah, atau diare berulang
dengan dehidrasi. - Letargi, lemas, dan mengantuk terus - Nyeri pada
leher, lengan, dan kaki. - Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada
saraf kranial - Keringat dingin - Fotofobia (tidak tahan melihat sinar) -
Ketegangan pada daerah perut - Halusinasi atau gangguan kesadaran
Komplikasi penyakit ini adalah :
-
Meningitis (radang selaput otak) yang aseptik - Ensefalitis (radang
otak) - Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis - Acute
Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut ("Polio-like illness")
Satu kelompok dengan penyakit ini adalah :
1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (PTKM) - Cox A 16, EV 71 (Penyakit ini)
2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70
3. Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10
DIAGNOSALABORATORIUM :
Sampel
( Spesimen ) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan
serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit
spesimen atau biopsi otak.
Spesimen dibawa dengan ?Hank?s Virus
Transport?. Isolasi virus dengan cara biakan sel dengan suckling mouse
inoculation. Setelah dilakukan ?Tissue Culture?, kemudian dapat
diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu / IPA, CT, PCR dll.
Dapat dilakukan pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.
Diagnosa Laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Deteksi Virus :
- Immuno histochemistry (in situ)
- Imunofluoresensi antibodi (indirek)
- Isolasi dan identifikasi virus.
Pada sel Vero ; RD ; L20B
Uji netralisasi terhadap intersekting pools
Antisera (SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.
2. Deteksi RNA :
RT-PCR
Primer : 5' CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3"
5' GGGAACTTCGATTACCATCC 3"
Partial DNA sekuensing (PCR Product)
3. Serodiagnosis :
Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero.
Uji ELISA sedang dikembangkan.
Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis PTKM, hanya
kita dapat mengatahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau
Enterovirus 71.
PENGOBATAN 1. Istirahat yang cukup
2. Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara simptomatik saja berdasarkan keadaan klinis yang ada.
3. Dapat diberikan :
- Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus
- Extracorporeal membrane oxygenation.
4. Pengobatan simptomatik :
- Antiseptik di daerah mulut
- Analgesik misal parasetamol
- Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
- Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll )
Penyakit ini adalah ?self limiting diseases?, yaitu dapat sembuh
dengan sendirinya, dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya
tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat
dan komplikasi tersebut diatas.
PENCEGAHANPENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT:
Penyakit
ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik.
Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan kepadatan
lingkungan; kebersihan (Higiene dan Sanitasi) lingkungan maupun
perorangan. Cara yang paling gampang dilakukan adalah misalnya
membiasakan selalu cuci tangan, khususnya sehabis berdekatan dengan
penderita, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang
memungkinkan terkontaminasi.
Bila perlu anak tidak bersekolah
selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien
sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung
beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan
perorangan.
Di Rumah sakit "Universal Precaution" harus dilaksanakan.
Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)
UPAYA PEMERINTAH DALAM HAL INI :Meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik)
Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan pencegahan PTKM untuk memotong rantai penularan.
Memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda dan gejala PTKM
Menjaga kebersihan perorangan.
Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena :
- Daya tahan tubuh menurun.
- Tidak menularkan kebalita lainnya.
Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana PTKM termasuk pelaksanaan "Universal Precaution"nya.
Flu Burung
Flu burung
didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A
subtipe H5N1 yang menyerang burung, ungggas, ayam yang dapat menyerang
manusia dengan gejala demam >38 derajat Celcius, batuk, pilek, nyeri
otot, nyeri tenggorokan. Namun, gejala ini harus diterapkan pada
seseorang yang pernah kontak dengan binatang tersebut dalam 7 hari
terakhir. Terutama jika unggas tersebut menderita sakit atau mati.
PENYEBAB
Seseorang
dinyatakan mengidap flu burung setelah pemeriksaan laboratorium
menunjukkan positif untuk virus influenza A (H5) seperti tes antibodi
spesifik pada 1 spesimen serum. Hasil biakan virus positif Influenza A
(H5N1) atau hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5.
Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar > 4 x > Hasil
dengan IFA positif untuk antigen H5.
GEJALA
Gejala flu
burung pada dasarnya sama dengan flu biasa. Laporan dari kasus yang
terjadi tahun 1999 menunjukkan adanya variasi gejala berupa:
* Demam sekitar 39 derajat Celcius
* Batuk
* Lemas
* Sakit tenggorokan
* Sakit kepala
* Tidak nafsu makan
* Muntah
* Nyeri perut
* Nyeri sendi
* Diare
* Infeksi selaput mata (conjunctivitis)
* Dalam keadaan memburuk, terjadi severe respiratory distress, yakni
sesak napas hebat, kadar oksigen rendah sementara kadar karbondioksida
meningkat. Ini terjadi karena infeksi flu menyebar ke paru-paru dan
menimbulkan radang paru-paru (pneumonia).
Pengalaman tahun 1997 di Hongkong juga menunjukkan gejala: demam, batuk pilek, sakit tenggorokan, muntah, dan keluhan pusing.
Namun,
data dari Vietnam di tahun 2004 menunjukkan gejala berbeda. Pasien
tidak mengeluh sakit tenggorokan atau pilek. Juga tak ada keluhan radang
selaput mata. Separuh pasien malah menderita diare dengan tinja yang
cair.
DIAGNOSA
FAKTOR RISIKO
Setelah mengenali
gejalanya, biasanya akan dicari informasi mendalam tentang faktor risiko
yang ada: Apakah yang bersangkutan bekerja di peternakan atau habis
berkunjung ke pasar ayam dan lain-lain. Juga akan ditanya
penyakit-penyakit lain yang mungkin akan memperburuk keadaan, seperti
penyakit paru atau jantung, adanya riwayat alergi, dan sebagainya.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik untuk melihat langsung keadaan
pasien, dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium dan juga rontgen
dada untuk melihat ada tidaknya gambaran pneumonia.
PENULARAN
Penularan
dari unggas ke manusia terjadi lewat kontak air liur dan kotoran
unggas. Kontak itu terjadi lewat sentuhan langsung atau juga melalui
kendaraan yang mengangkut hewan-hewan itu. Juga termasuk kandang,
alat-alat peternakan, pakan ternak, pakaian, sepatu para peternak.
Unggas
yang sudah dimasak tidak akan menularkan flu burung ke manusia sebab
virus itu akan mati dengan pemanasan 80 derajat lebih dari satu menit.
Selama ini kita selalu menggoreng ayam dengan suhu di atas 80 derajat
dan lebih dari satu menit. Jadi pasti aman.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada
dasarnya dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan pasien dan juga
untuk mendeteksi bakteri/virus apa yang menyerang pasien tersebut.
Pemeriksaan untuk menilai keadaan kesehatan antara lain dengan menilai
kadar leukosit, fungsi hati, fungsi ginjal, dan yang penting juga
analisis gas darah arteri.
Pada pemeriksaan ini, antara lain,
akan dapat diketahui berapa kadar oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2)
di darah pasien. Kalau oksigennya rendah, nilai normalnya berkisar 85-95
mmHg, dan atau karbondioksidanya tinggi, nilai normalnya 35-45 mmHg,
maka dapat terjadi keadaan gawat napas. Dari data yang ada, sebagian
besar pasien flu burung meninggal karena gawat napas akut ini.
Upaya
menemukan virus flu burung dapat dilakukan dengan pemeriksaan serologi
untuk menilai respons antigen antibodi dan atau mengisolasi virusnya
sendiri. Pada kasus flu burung juga dapat dijumpai peningkatan titer
netralisasi antibodi dan dapat pula dilakukan analisis antigenik dan
genetik, antara lain untuk mengetahui apakah sudah ada mutasi dari virus
tersebut.
Kedua pasien di Hongkong (tahun 1999) menjalani
pemeriksaan ELISA (enzyme liknk immuno sorbent assay), cairan saluran
hidung tenggorok. Ternyata positif influenza A. Pada kedua kasus ini
juga dilakukan kultur pada cairan saluran hidung tenggorok yang
menunjukkan positif influenza A (H9N2).
Pada kasus yang terjadi
di Hongkong (tahun 1997), diagnosis infeksi virus H5N1 dipastikan dengan
ditemukannya virus. Lokasi diisolasinya virus ini ada pada usap
tenggorok, cairan yang diisap dari trakea, aspirat saluran hidung
tenggorok, dan ada pula virus yang ditemukan dari cairan bronko alveolar
yang didapat dengan pemeriksaan bronkoskopi (memasukkan alat ini ke
paru pasien).
PENGOBATAN
Obat yang diberikan dapat
bersifat simtomatik, sesuai dengan gejala yang ada. Bila batuk, pasien
dapat diberi obat batuk; kalau sesak dapat diberi obat jenid
bronkodilator untuk melebarkan saluran napas yang menyempit. Selain itu,
dapat pula diberikan obat antivirus seperti amantadine dan oseltamivir.
Kalau keadaan pasien terus memburuk, bukan tidak mungkin perlu dipasang
alat ventilator untuk membantu pernapasannya.
Semua penderita
yang telah memenuhi kriteria Flu Burung perawatan dilakukan paling
sedikit 1 minggu di ruang isolasi. Penderita dirawat di ruang isolasi
selama 7 hari (masa penularan) karena ditakutkan adanya transmisi
melalui udara. Selama masa perawatan, penderita diterapkan oksigenisasi,
hidrasi, terapi simptomatis untuk gejala flu, foto toraks ulang. Pada
kasus respiratory distressakan dilakukan pengobatan sesuai prosedur RDS.
Penderita dimasukkan ke ruang perawatan intensif (ICU).
PENCEGAHAN
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, secara umum prinsip-prinsip kerja yang higienis, seperti:
* Mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri -merupakan upaya
yang harus dilakukan oleh mereka yang kontak dengan binatang, baik
dalam keadaan mati, apalagi ketika hidup.
* Karena telur juga dapat tertular, maka penanganan kulit telur dan telur mentah perlu dapat perhatian pula.
* Daging unggas harus dimasak sampai suhu 70?C atau 80?C selama
sedikitnya satu menit. Kalau kita menggoreng atau merebus ayam di dapur,
tentu lebih dari itu suhu dan lamanya memasak. Artinya, sejauh ini
bukti ilmiah yang ada mengatakan bahwa aman mengonsumsi ayam dan unggas
lainnya asal telah dimasak dengan baik.
* Pola hidup sehat. Secara
umum pencegahan flu adalah menjaga daya tahan tubuh dengan makan
seimbang dan bergizi, istirahat dan olahraga teratur. Jangan lupa sering
mencuci tangan. Pasien influenza dianjurkan banyak istirahat, banyak
minum dan makan bergizi.
Khusus untuk pekerja peternakan dan pemotongan hewan ada beberapa anjuran WHO yang dapat dilakukan:
* Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah terinfeksi harus
sering-sering mencuci tangan dengan sabun. Mereka yang langsung
memegang dan membawa binatang yang sakit sebaiknya menggunakan
desinfektan untuk membersihkan tangannya.
* Mereka yang memegang,
membunuh, dan membawa atau memindahkan unggas yang sakit dan atau mati
karena flu burung seyogianya melengkapi diri dengan baju pelindung,
sarung tangan karet, masker, kacamata google, dan juga sepatu bot.
* Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan prosedur yang baku dan memerhatikan faktor keamanan petugas.
* Pekerja peternakan, pemotongan, dan keluarganya perlu diberi tahu
untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila mengidap gejala-gejala
pernapasan, infeksi mata, dan gejala flu lainnya.
* Dianjurkan
juga agar petugas yang dicurigai punya potensi tertular ada dalam
pengawasan petugas kesehatan secara ketat. Ada yang menganjurkan
pemberian vaksin influenza, penyediaan obat antivirus, dan pengamatan
perubahan secara serologi pada pekerja ini.
Sumber : Medicastore
dari Kompas.com dan Detik.com (Tjandra Yoga Aditama, Bagian Pulmonologi
& Kedokteran Respirasi FKUI dan RS Persahabatan Jakarta)
Demam Chikungunya
Chikungunya berasal dari bahasa
Shawill berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh)
meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita yang membungkuk
akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini terjadi pada
lutut pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.
PENYEBAB
Demam
Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV). CHIKV termasuk
keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti.
GEJALA
Gejala utama terkena penyakit Chikungunya
adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian.
Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa
pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang
menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang. Dalam beberapa kasus
didapatkan juga penderita yang terinfeksi tanpa menimbulkan gejala sama
sekali atau silent virus chikungunya.
Penyakit ini tidak sampai
menyebabkan kematian. Nyeri pada persendian tidak akan menyebabkan
kelumpuhan. Setelah lewat lima hari, demam akan berangsur-angsur reda,
rasa ngilu maupun nyeri pada persendian dan otot berkurang, dan
penderitanya akan sembuh seperti semula. Penderita dalam beberapa waktu
kemudian bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala.
Meskipun
dalam beberapa kasus kadang rasa nyeri masih tertinggal selama
berhari-hari sampai berbulan-bulan. Biasanya kondisi demikian terjadi
pada penderita yang sebelumnya mempunyai riwayat sering nyeri tulang dan
otot.
DIAGNOSA
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu
beberapa uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum
netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini
hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan
penelitian, tidak bermanfaat untuk kepentingan praktis klinis
sehari-hari.
PENGOBATAN
Demam Chikungunya termasuk "Self
Limiting Disease" atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tak ada
vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan
hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya,
seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan
parasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal.
Antibiotika
tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan
pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.
Untuk
memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang
bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak
mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah
segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin
bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang
mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya
tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa
mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk
mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.
PENCEGAHAN
Satu-satunya
cara menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya.
Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih
seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang
menampung air bersih.
Nyamuk
bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang
menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Selain
itu, nyamuk ini juga menyenangi tempat yang gelap dan pengap.
Mengingat
penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik
untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk
tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit
demam berdarah dengue.
Insektisida yang digunakan untuk membasmi
nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk
mematikan jentik-jentiknya.
Malation dipakai dengan cara
pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes
aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang
menggantung. Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas
nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih,
bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali,
mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi
dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
Halaman atau kebun di sekitar
rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air
bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang. Pintu dan jendela
rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar
udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran
udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan
yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut.
Pencegahan individu dapat
dilakukan dengan cara khusus seperti penggunaan obat oles kulit (insect
repellent) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA lainnya. Penggunaan
baju lengan panjang dan celana panjang juga dianjurkan untuk dalam
keadaan daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
Sindrom pernafasan akut yang parah / Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
disebabkan oleh infeksi virus dan hadir dengan gejala-gejala seperti
flu (demam, sakit kepala, menggigil, dan sakit otot) dan kesulitan
bernafas, yang kadangkala menjadi parah. Infeksi tersebut bisa jadi
fatal.
Sindrom pernafasan
akut yang parah (SARS) pertama kali dideteksi di Guangdong propinsi
Cina pada akhir 2002. Menjangkiti seluruh dunia, menghasilkan hampir
8.500 kasus di 29 negara, termasuk Kanada dan Amerika Serikat, menjelang
pertengahan 2003. Perjangkitan tersebut menyebar ke beberapa negara
disebabkan perjalanan internasional. Setelah perjangkitan pertama kali,
beberapa kasus terjadi di Asia (terutama Cina) pada akhir 2006 dan awal
2004. Pertengahan 2006, tidak terdapat kasus yang dilaporkan dunia sejak
2004. secara keseluruhan, sekitar 10% orang penderita SARS meninggal,
meskipun resiko kematian bervariasi sesuai usia orang dan akses ke
perawatan medis tingkat lanjut. Orang yang berusia di atas 60 tahun
lebih mungkin untuk meninggal. Tidak ada kematian yang terjadi di
Amerika Serikat.
PENYEBAB
SARS tampaknya disebabkan oleh
jenis baru dari coronavirus. Coronavirus lainnya menyebabkan flu biasa
atau menulari berbagai binatang. SARS menyebar dari hubungan tatap muka,
kemungkinan dengan menghirup tetesan bersin atau batuk orang yang
tertular. Hal tersebut bisa juga menyebar dengan terkena ludah orang
yang tertular dan kemudian memegang hidung, mulut, atau mata. Kebanyakan
yang tertular adalah orang yang berhubungan dekat dengan orang yang
tertular : perawat kesehatan, anggota keluarga, atau orang yang berada
di sekitar penderita ketika duduk di pesawat atau tempat tidur di rumah
sakit. Meskipun begitu, beberapa orang yang menderita SARS bisa belum
pernah berhubungan dekat dengan orang yang tertular, dan banyak orang
yang berhubungan dekat dengan orang yang tertular tidak terkena. Virus
juga terdapat di tinja, dan beberapa orang tampak telah tertular setelah
terkena langsung dengan persediaan air yang tercemari oleh kotoran.
GEJALA
Gejala-gejala
dimulai sekitar 2 sampai 10 hari setelah terkena virus. Gejala awal
menyerupai lebih dari infeksi umum dan termasuk demam, sakit kepala,
menggigil, dan sakit otot. Hidung basah dan luka kerongkongan tidak
biasa. Sekitar 3 sampai 7 hari kemudian, batuk kering dan kesulitan
bernafas bisa muncul. Kebanyakan orang sembuh dalam 1 sampai 2 minggu.
Meskipun begitu, sekitar 10 sampai 20 % muncul kesulitan bernafas akut,
mengakibatkan tidak tercukupinya oksigen di dalam darah. Sekitar
setengah dari orang ini membutuhkan bantuan pernafasan. Meskipun begitu,
beberapa orang di Amerika Serikat mempunyai gejala akut ini.
Sekitar 10% orang yang tertular meninggal. Kematian disebabkan kesulitan bernafas.
DIAGNOSA
SARS
dicurigai hanya jika orang yang sudah terpapar dengan orang yang
tertular mengalami demam disertai batuk atau kesulitan bernafas. Orang
bisa terkena jika dalam 10 hari ke belakang, mereka melakukan perjalanan
ke daerah dimana SARS akhir-akhir ini dilaporkan atau telah berhubungan
tatap muka dengan orang yang menderita SARS.
Jika seorang dokter
mencurigai SARS, sinar X pada dada biasanya dilakukan. Dokter mengambil
ludah dari hidung dan tenggorokan orang tersebut untuk berusaha
mengenali virus tersebut. Contoh dahak bisa jadi diteliti. Darah dites
untuk infeksi SARS ketika infeksi pertama kali dikenali dan dilakukan
lagi setelah 3 minggu kemudian. Jika orang tersebut mengalami kesulitan
bernafas, tes darah lainnya kemungkinan diperlukan. Karena SARS adalah
penyakit menular yang baru dikenali, departemen kesehatan diberitahu
kemungkinan adanya kasus.
PENGOBATAN
Dokter berusaha
mengobati SARS dengan obat-obatan anti virus, seperti oseltamivir dan
ribavirin, dan kortikosteroid. Meskipun begitu, tidak terdapat bukti
obat ini atau obat-obatan lainnya efektif. Virus tersebut hilang dengan
cepat. Orang dengan gejala ringan tidak membutuhkan pengobatan khusus.
Orang yang menderita kesulitan bernafas sederhana mungkin perlu
diberikan oksigen melalui pipa nafas plastic melalui hidung atau masker
wajah. Mereka yang menderita kesulitan bernafas akut bisa memerlukan
ventilasi mekanik untuk membantu pernafasan. Pemeriksaan difokuskan pada
membuat sebuah tes untuk diagnosa cepat, pengobatan efektif, dan vaksin
pencegahan.
PENCEGAHAN
Himbauan perjalanan dari pusat
pengawasan dan pencegahan penyakit (CDC= Centers for Disease Control and
Prevention) harus diperhatikan. Menggunakan sebuah masker tidak
dianjurkan kecuali untuk orang yang berhubungan langsung dengan
seseorang yang menderita SARS. Orang yang terpapar seseorang yang
menderita SARS (seperti anggota keluarga, staff penerbangan, atau
perawat kesehatan) harus waspada pada gejala infeksi. Jika tidak
terdapat gejala, mereka bisa melakukan pekerjaan, sekolah, dan kegiatan
lainnya seperti biasa. Jika muncul demam, sakit kepala, otot sakit,
batuk, atau kesulitan bernafas, mereka harus menghindari hubungan tatap
muka dengan orang lain dan mengunjungi seorang dokter.
Jika
dokter menduga seseorang menderita SARS, orang tersebut diisolasi di
sebuah ruangan dengan sistem ventilasi yang membatasi penyebaran
mikroorganisme di udara. Jika setelah 72 jam isolasi, gejala tidak
meningkat menunjukkan SARS, orang tersebut biasanya bebas melanjutkan
aktifitas biasa. Ketika pekerja pemerhati kesehatan memperhatikan
seseorang yang menderita SARS, mereka menggunakan masker, kacamata,
jubah, dan sarung tangan.
Lepra (Kusta)
Lepra (penyakit Hansen)
adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan
saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput
lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata.
PENYEBAB
Bakteri Mycobacterium leprae.
Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti.
Jika
seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersin, maka bakteri
akan menyebar ke udara. Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular
karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi.
Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Penyakit
yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra
lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya
kepada orang lain.
Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini.
Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra Pasifik.
Infeksi
dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20an dan
30an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
GEJALA
Bakteri
penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga gejalanya baru
muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun
ke-5-7).
Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita.
Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.
Lepra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar.
Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-sarafnya.
Pada lepra lepromatosa muncul benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk.
Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.
Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra.
Jika
keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra tuberkuloid; jika
kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa.
Selama
perjalanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi
reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan
peradangan kulit, saraf tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah
zakar, ginjal, hati dan mata.
Pengobatan yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan kortikosteroid atau talidomid.
Mycobacterium
leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan
hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya
bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan
medulla spinalis.
Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas
dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf
tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai
dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot
yang menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki
terkulai. Karena itu penderita lepra menjadi tampak mengerikan.
Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya.
Kerusakan pada saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan mata dapat menyebabkan kebutaan.
Penderita
lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini
dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan
oleh testis.
DIAGNOSA
Diagnosisi ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan kulit yang terinfeksi.
PENGOBATAN
Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya.
Beberapa
mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu
sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita
lepra lepromatosa.
Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman.
Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.
Rifampicin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson.
Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala yang menyerupai flu.
Antibiotik
lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin,
klaritromisin dan ofloksasin<. Terapi antibiotik harus dilanjutkan
selama beberapa waktu karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan.
Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada
beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra
lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya. PENCEGAHAN Dulu
perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya
diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa mencegah atau memperbaiki
kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung mengalami masalah psikis
dan sosial. Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya menular jika
terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak
mudah ditularkan kepada orang lain. Selain itu, sebagian besar secara
alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal
serumah dalam jangka waktu yang lama yang memiliki resiko tertular.
Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak
memiliki resiko tertular.